

GRESIK (warta G) - Di tahun 1960,
Sukarno bikin gempar perusahaan minyak asing, dia panggil Djuanda, dan suruh
bikin susunan soal konsesi minyak "Kamu tau, sejak 1932 aku berpidato di
depan Landraad soal modal asing ini? soal bagaimana perkebunan-perkebunan itu
dikuasai mereka, jadi Indonesia ini tidak hanya berhadapan dengan kolonialisme
tapi berhadapan dengan modal asing yang memperbudak bangsa Indonesia, saya
ingin modal asing ini dihentiken, dihancurleburken dengan kekuatan rakyat,
kekuatan bangsa sendiri, bangsaku harus bisa maju, harus berdaulat di segala
bidang, apalagi minyak kita punya, coba kau susun sebuah regulasi agar bangsa
ini merdeka dalam pengelolaan minyak" urai Sukarno di depan Djuanda.
Lalu tak lama kemudian
Djuanda menyusun surat
yang kemudian ditandangani Sukarno. Surat
itu kemudian dikenal UU No. 44/tahun 1960. isi dari UU itu amat luar biasa dan
memukul MNC (Multi National Corporation). "Seluruh Minyak dan Gas Alam
dilakukan negara atau perusahaan negara". Inilah yang kemudian menjadi
titik pangkal kebencian kaum pemodal asing pada Sukarno, Sukarno jadi sasaran
pembunuhan dan orang yang paling diincar bunuh nomor satu di Asia .
Tapi Sukarno tak gentar, di sebuah pertemuan para Jenderal-Jenderalnya Sukarno
berkata "Buat apa memerdekakan bangsaku, bila bangsaku hanya tetap jadi
budak bagi asing, jangan dengarken asing, jangan mau dicekoki Keynes ,
Indonesia untuk bangsa Indonesia ".
Ketika laporan intelijen melapori bahwa Sukarno tidak disukai atas UU No. 44
tahun 1960 itu Sukarno malah memerintahkan ajudannya untuk membawa paksa
seluruh direktur perusahaan asing ke Istana. Mereka takut pada ancaman Sukarno.
Dan diam ketakutan.
Pada hari Senin,
14 Januari 1963 pemimpin tiga perusahaan besar datang lagi ke Istana, mereka
dari perusahaan Stanvac, Caltex dan Shell. Mereka meminta Sukarno membatalkan
UU No.40 tahun 1960. UU lama sebelum tahun 1960 disebut sebagai "Let Alone
Agreement" yang memustahilkan Indonesia menasionalisasi perusahaan asing,
ditangan Sukarno perjanjian itu diubah agar ada celah bila asing macam-macam
dan tidak memberiken kemakmuran pada bangsa Indonesia atas investasinya di
Indonesia maka perusahaannya dinasionalisasikan. Para
boss perusahaan minyak itu meminta Sukarno untuk mengubah keputusannya, tapi
inilah jawaban Sukarno "Undang-Undang itu aku buat untuk membekukan UU
lama dimana UU lama merupaken sebuah fait accomply atas keputusan energi yang
tidak bisa menasionalisasikan perusahaan asing. UU 1960 itu kubuat agar mereka
tau, bahwa mereka bekerja di negeri ini harus membagi hasil yang adil kepada
bangsaku, bangsa Indonesia" mereka masih ngeyel juga, tapi bukan Bung
Karno namanya ketika didesak bule dia malah meradang, sambil memukul meja dan
mengetuk-ngetukkan tongkat komando-nya lalu mengarahkan telunjuk kepada
bule-bule itu Sukarno berkata dengan suara keras :"Aku kasih waktu pada
kalian beberapa hari untuk berpikir, kalau tidak mau aku berikan konsesi ini
pada pihak lain negara..!" waktu itu ambisi terbesar Sukarno adalah
menjadikan Permina (sekarang Pertamina) menjadi perusahaan terbesar minyak di
dunia, Sukarno butuh investasi yang besar untuk mengembangkan Permina. Caltex
disuruh menyerahkan 53% hasil minyaknya ke Permina untuk disuling, Caltex
diperintahkan memberikan fasilitas pemasaran dan distribusi kepada pemerintah,
dan menyerahkan modal dalam bentuk dollar untuk menyuplai kebutuhan investasi
jangka panjang pada Permina.
Bung Karno tidak
berhenti begitu saja, ia juga menggempur Belanda di Irian Barat dan
mempermainkan Amerika Serikat, Sukarno tau apabila Irian Barat lepas maka Biak
akan dijadikan pangkalan militer terbesar di Asia Pasifik, dan ini mengancam
kedaulatan bangsa Indonesia yang baru tumbuh. Kemenangan atas Irian Barat
merupakan kemenangan atas kedaulatan modal terbesar Indonesia ,
di barat Indonesia punya
lumbung minyak yang berada di Sumatera, Jawa dan Kalimantan
sementara di Irian Barat ada gas dan emas. Indonesia
bersiap menjadi negara paling kuat di Asia .
Hitung-hitungan Sukarno di tahun 1975 akan terjadi booming minyak dunia, di
tahun itulah Indonesia akan menjadi negara yang paling maju di Asia , maka
obesesi terbesar Sukarno adalah membangun Permina sebagai perusahaan
konglomerasi yang mengatalisator perusahaan-perusahaan negara lainnya di dalam
struktur modal nasional. Modal Nasional inilah yang kemudian bisa dijadikan
alat untuk mengakuisisi ekonomi dunia, di kalangan penggede saat itu struktur
modal itu diberi kode namanya sebagai 'Dana Revolusi Sukarno". Kelak empat
puluh tahun kemudian banyak negara-negara kaya seperti Dubai, Arab Saudi, Cina
dan Singapura menggunakan struktur modal nasional dan membentuk apa yang
dinamakan Sovereign Wealth Fund (SWF) sebuah struktur modal nasional yang
digunakan untuk mengakuisisi banyak perusahaan di negara asing, salah satunya
apa yang dilakukan Temasek dengan menguasai saham Indosat.