Monumen Perjuangan di gunung Lengis (foto:ik) |
Pasalnya, sampai hari ini, panitia pembebasan tanah (P2T) masih kesulitan untuk menentukan harga pengganti bangunan milik warga yang ada di sekitar lahan. Hal ini tak lepas dari variasi bangunan milik
warga. ”Saat ini, tim masih membuat perhitungan harga masing-masing bangunan milik warga,” kata Asisten Pemerintahan, Mulyanto Senin (19/03/2012).
Dia menjelaskan, proses itu membutuhakan waktu yang tidak singkat. Penyebabnya, luas serta materi bangunan tiap warga memiliki variasi yang berbeda-beda. ”Apalagi, jumlah bangunan yang harus dibebaskan tidak sedikit,” imbuhnya.
Dari data P2T (panitia pembebasan tanah), tercatat ada 55 unit bangunan permanen yang ada di sekitar Bukit Lengis yang bakal direlokasi. Itu belum termasuk puluhan bangunan semi permanen. jika ditotal, ada sekitar 72 bangunan bakal mendapat ganti rugi. Sesuai rencana yang sudah dibuat, dalam pembebasan tersebut, sistem yang disiapkan adalah ganti boyong. Di mana, warga yang tinggal di kawasan bukit di wilayah Segoromadu itu bakal relokasi ke perumahan yang disiapkan oleh Pemda. Dari estimasi awal, diperkirakan proses ganti boyong itu bakal menghabiskan dana hingga Rp 6,3 Miliar.
Hitungannya, plafon anggaran yang disiapkan untuk ganti bangunan adalah senilai Rp 2 Juta per meter persegi. Persoalan sulitnya pembebasan lahan juga terjadi pada proyek Bendung Gerak SEmbayat (BGS) di kecamatan Bungah. Dari total 76 hektar lahan yang dibutuhkan untuk proyek ini, tim pembebasan tanah baru bisa menyelesaikan 10 persen dari total lahan.
Pemicunya beragam. Sebagian pemilik lahan masih keberatan dengan harga penawaran yang dberikan panitia. Selain itu, sebagian proses pembebasan lahan masih terganjal masalah administrasi. Meski demikian, Mulyanto memastikan jika proyek senilai Rp 1,3 Triliun itu segera digulirkan. ”Insya Allah, bulan ini proyek sudah dimulai. Untuk tahap pertama nanti berupa pembukaan jalan,” katanya. (ik)