GRESIK(Warta-G)-15 orang yang berprofesi dokter gigi, arsitek, profesor, designer baju dan pengusaha berkumpul bersama di bantaran Kali Surabaya yang berada di kawasan Wringin anom. Para ibu-ibu dengan cekatan mengambil warna yang terbuat dari tumbuhan atau bunga yang tumbuh di pinggir Kali Surabaya. Dengan tanpa segan, tangan mereka yang biasanya mulus kini menjadi belepotan malam (bahan untuk membatik) dan pewarna batik.Ya, para ibu-ibu sosialita ini adalah Kelompok minat warna alam dari Surabaya, Sidoarjo, Pacitan, Kediri dan Gresik. Mereka tergabung dalam komunitas batik se Jatim yg dipimpin Lintu Tulistyantoro ketua KIBAS (Komunitas Batik Se Jatim). Menurut Lintu mereka seringkali mengunjungi Jawa Timur agar dapat memahami berbagai macam batik yang ada. "Kami tidak hanya sekedar mengunjungi pengrajin batik, namun kami juga belajar bersama dan mengetahui keragaman berbagai macam batik di seluruh Jatim," katanya. Lintu yang mengaku baru mengunjungi Sumenep hanya untuk lebih mempelajari batiknya secara mendalam mengungkapkan bahwa batik juga merupakan budaya khas Indonesia. "Yang tergabung disini selain para dokter juga pengusaha. Biasanya setelah belajar bersama kami memborong beberapa batik untuk diperkenalkan sampai ke luar negeri," sambungnya.
Sementara itu salah satu pesertanya adalah Drg Monique Perju yang mengaku sangat terhibur dengan belajar membatik ini. "Membuat kami lebih mengetahui bahwa batik memang mahal harganya dan itu pantas. Karena membuat batik tulis selain lama juga harus cermat. Beda dengan batik tulis lho," katanya. Anang Samsul Arifin pemilik sanggar batik Rumpaka Mulya menyatakan bahwa hari ini diajarkan mewarnai batik menggunakan warna alam dari tanaman. "Acara ini dalam rangka hari batik nasional sejak 2 oktober 2009 oleh UNESCO tentang warisan budaya tak benda. Ini bukan batiknya tapi cara membatiknya," katanya. Anang menambahkan bahwa tanaman yang bisa dipakai untuk bahan dasar pewarnaan adalah ulai rumput putri malu, pohon nangka, mangga, bunga puring, tanaman kopi, daun ketepeng dan banyak lagi. "Agar warna tidak luntur ada teknik penguncian warna (fiksasi) dan pembangkitan warna agar tidak luntur. Dengan tiga cara yaitu menggunakan air kapur, larutan tawas, larutan batu tunjung," pungkasnya